Ada yang Tegar Tapi Bukan Rosa
Sudah sejauh mana melangkah?
Sudah sedalam apa menyelam?
Coba tanyakan tujuan kenapa kau melangkah, kenapa kau menyelam? Untuk apa?
Jawabannya, ada pada hati nuranimu.
Aku tau bukan suatu hal yang mudah menyatukan logika dan hati, kadang mereka bertentangan dengan alur yang ada, terus menghantam seolah kekalutan ada pada mu. Coba kau ingat, bukankah kejadian seperti itu sudah pernah kau alami sebelumnya, bukankah kau berhasil melewatinya, lalu kenapa sekarang kau seperti mengibarkan bendera kekalahan? Aku tau ini bukan siapa yang menang dan siapa kalah tapi tentang siapa yang mampu untuk terus bertahan melanjutkan mimpi.
Tugasmu bukan hanya terus menerus meluruskan benang yang sebenarnya sudah sangat kusut. Mau dipaksakan bagaimapun jika sudah menjadi takdirnya kau bisa apa? Itu akan membuang waktu berhargamu. Dengan tenangnya kau menjawab "setidaknya aku pernah mencoba dan berjuang untuk memperbaikinya". Aku tau! bahkan kau sangat luar biasa, namun mau sampai kapan begini? Coba liat benang lain, yang sudah siap menemani dan melanjutkan baju yang sedang kau rajut. Itukan mimpimu? Menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan bukan malah menangis diatas mesin jahit karena menyesali apa yang telah terjadi.
Untuk menjadi sesuatu yang bernilai bukan perkara mudahkan? Banyak halang merintang membentang, badai menerjang, hujan menerpah, tak hanya dari alam kadang orang-orang yang kamu kasihipun ikut serta menjadi alasan untuk menyerah.
Semakin kesini kau makin sadar, setiap orang yang hadir tak selamanya bermaksud untuk menjadi pendamping saat berjuang. Mungkin saja ia hadir hanya untuk memberikan pelajaran dan pengalaman, sebagai jalan memperkuat tekat dan mimpimu.
Mungkin hari ini mereka terlihat benar. Tapi kau belum tentu salah. Kau hanya perlu tidak melibatkan diri sendiri untuk hal yang seharusnya tidak menjadi urusanmu.
Analogi Proses kira-kira gini; kau ingin menerbangkan layang-layang, apa yang perlu kau siapkan? Tentunya, benang, layang-layang dan tempat menggulung benang. Apakah dengan komponen itu kau sudah bisa menerbangkannya? Tentu belum, harus ada angin yang menjadi pengantar untuk terbang, ada tali sebagai jalannya, dan ada tempat penggulung tali sebagai alat pengontrol.
Tinggi rendahnya layangan yang kau terbangkan tergantung pada dirimu. Jika kau menginginkan layanganmu terbang tinggi, kau tinggal mengulur talinya. Namun resikonya kau harus berjuang lebih keras lagi karena angin semakin tinggi untuk menerjang. Jika kau mengiginkan layanganmu sedikit rendah, kau cukup menariknya dan menjaga keseimbangan agar tidak terkena resiko, tersangkut di ranting-ranting pohon.
Bagaimana jika ada musuh yang ingin menghempaskan layanganmu jatuh kebawah?
Disinilah ketahananmu di perlukan, kapan kau harus menjauh dan kapan kau harus mendekat. Apapun hasilnya lakukanlah yang terbaik, kerahkan apa yang ada, baik tenaga dan pikiran, dalam mempertahankan layang-layang yang sudah kau rakit dengan kasih, hingga ia bisa berdiri sejajar dengan awan berlatar belakangkan langit.
Karena pada akhirnya yang kau temui hanya ada 2 kemungkinan, pertama layanganmu akan terjatuh terhempas kebumi bersama angin, kedua layanganmu akan tetap berdiri kokoh diatas. Jika layanganmu masih berada dilangit ucapakan selamat, karena kau telah berhasil bertahan dan mempertahankannya.
Namun jika layangan itu terjatuh, kau tak perlu sedih, katakan juga selamat pada dirimu, karena telah mengusahakan yang terbaik dan mengikhlaskannya untuk jatuh dan hilang. Karena kau tau mengikhlaskan juga bagian dari perjuangan.
Apapun yang kau dapatkan dari kedua hal tersebut, tersenyumlah dengan sangat manis. Kau mendapatkan pelajaran bahwa hidup seperti permaian. Ada yang bermain dan ada yang dimainkan, namun bukan mempermainkan. Bermain bisa menjadi hal yang menyenangkan asal jangan main-main dalam berjuang.
Setelah dari itu, kau masih bisa mencoba menerbangkan layang-layangmu lagi, dengan mengambil ilmu dari pengalaman sebelumnya.
Hasil itu hadiah terlepas kau suka atau tidak, yang penting itu prosesnya:))
Tak apa harus tegores dalam proses, asal tidak menyerah, dan langsung berserah kepada sang pemberi nikmat.
Kau hebat dengan versimu!!
*tertanda Dila Mareta
Sudah sedalam apa menyelam?
Coba tanyakan tujuan kenapa kau melangkah, kenapa kau menyelam? Untuk apa?
Jawabannya, ada pada hati nuranimu.
Aku tau bukan suatu hal yang mudah menyatukan logika dan hati, kadang mereka bertentangan dengan alur yang ada, terus menghantam seolah kekalutan ada pada mu. Coba kau ingat, bukankah kejadian seperti itu sudah pernah kau alami sebelumnya, bukankah kau berhasil melewatinya, lalu kenapa sekarang kau seperti mengibarkan bendera kekalahan? Aku tau ini bukan siapa yang menang dan siapa kalah tapi tentang siapa yang mampu untuk terus bertahan melanjutkan mimpi.
Tugasmu bukan hanya terus menerus meluruskan benang yang sebenarnya sudah sangat kusut. Mau dipaksakan bagaimapun jika sudah menjadi takdirnya kau bisa apa? Itu akan membuang waktu berhargamu. Dengan tenangnya kau menjawab "setidaknya aku pernah mencoba dan berjuang untuk memperbaikinya". Aku tau! bahkan kau sangat luar biasa, namun mau sampai kapan begini? Coba liat benang lain, yang sudah siap menemani dan melanjutkan baju yang sedang kau rajut. Itukan mimpimu? Menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan bukan malah menangis diatas mesin jahit karena menyesali apa yang telah terjadi.
Untuk menjadi sesuatu yang bernilai bukan perkara mudahkan? Banyak halang merintang membentang, badai menerjang, hujan menerpah, tak hanya dari alam kadang orang-orang yang kamu kasihipun ikut serta menjadi alasan untuk menyerah.
Semakin kesini kau makin sadar, setiap orang yang hadir tak selamanya bermaksud untuk menjadi pendamping saat berjuang. Mungkin saja ia hadir hanya untuk memberikan pelajaran dan pengalaman, sebagai jalan memperkuat tekat dan mimpimu.
Mungkin hari ini mereka terlihat benar. Tapi kau belum tentu salah. Kau hanya perlu tidak melibatkan diri sendiri untuk hal yang seharusnya tidak menjadi urusanmu.
Analogi Proses kira-kira gini; kau ingin menerbangkan layang-layang, apa yang perlu kau siapkan? Tentunya, benang, layang-layang dan tempat menggulung benang. Apakah dengan komponen itu kau sudah bisa menerbangkannya? Tentu belum, harus ada angin yang menjadi pengantar untuk terbang, ada tali sebagai jalannya, dan ada tempat penggulung tali sebagai alat pengontrol.
Tinggi rendahnya layangan yang kau terbangkan tergantung pada dirimu. Jika kau menginginkan layanganmu terbang tinggi, kau tinggal mengulur talinya. Namun resikonya kau harus berjuang lebih keras lagi karena angin semakin tinggi untuk menerjang. Jika kau mengiginkan layanganmu sedikit rendah, kau cukup menariknya dan menjaga keseimbangan agar tidak terkena resiko, tersangkut di ranting-ranting pohon.
Bagaimana jika ada musuh yang ingin menghempaskan layanganmu jatuh kebawah?
Disinilah ketahananmu di perlukan, kapan kau harus menjauh dan kapan kau harus mendekat. Apapun hasilnya lakukanlah yang terbaik, kerahkan apa yang ada, baik tenaga dan pikiran, dalam mempertahankan layang-layang yang sudah kau rakit dengan kasih, hingga ia bisa berdiri sejajar dengan awan berlatar belakangkan langit.
Karena pada akhirnya yang kau temui hanya ada 2 kemungkinan, pertama layanganmu akan terjatuh terhempas kebumi bersama angin, kedua layanganmu akan tetap berdiri kokoh diatas. Jika layanganmu masih berada dilangit ucapakan selamat, karena kau telah berhasil bertahan dan mempertahankannya.
Namun jika layangan itu terjatuh, kau tak perlu sedih, katakan juga selamat pada dirimu, karena telah mengusahakan yang terbaik dan mengikhlaskannya untuk jatuh dan hilang. Karena kau tau mengikhlaskan juga bagian dari perjuangan.
Apapun yang kau dapatkan dari kedua hal tersebut, tersenyumlah dengan sangat manis. Kau mendapatkan pelajaran bahwa hidup seperti permaian. Ada yang bermain dan ada yang dimainkan, namun bukan mempermainkan. Bermain bisa menjadi hal yang menyenangkan asal jangan main-main dalam berjuang.
Setelah dari itu, kau masih bisa mencoba menerbangkan layang-layangmu lagi, dengan mengambil ilmu dari pengalaman sebelumnya.
Hasil itu hadiah terlepas kau suka atau tidak, yang penting itu prosesnya:))
Tak apa harus tegores dalam proses, asal tidak menyerah, dan langsung berserah kepada sang pemberi nikmat.
Kau hebat dengan versimu!!
*tertanda Dila Mareta
Comments
Post a Comment